PDM Kabupaten Wakatobi - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Wakatobi
.: Home > Artikel

Homepage

KEBERADAAN MUHAMMADIYAH DI WAKATOBI

.: Home > Artikel > PDM
15 Januari 2019 15:18 WIB
Dibaca: 970
Penulis : H. Subair, S.IP, M.Si

Wakatobi adalah nama sebuah kabupaten yang terletak paling buncit di Jazirah Tenggara pulau Sulawesi, secara geografis membujur dari 5.00 derajat sampai 6,25 derajat lintang Selatan sepanjang 160 km dan melintang dari 123,34 derajat sampai 124.64 derajat Bujur Timur sepanjang 120 km. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Utara, sebelah Selatan dengan Laut Flores, Sebelah Barat dengan Kabupaten Buton dan Sebelah Timur dengan Laut Banda. Wakatobi terdiri dari pulau-pulau kecil diantaranya ada 4 pulau besar yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko dari awal nama pulau-pulau itulah nama wakatobi diambil. Wakatobi adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Buton berdasarkan UU RI Nomor 29 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Luas wilayah kabupaten Wakatobi adalah 19.200 km persegi yang terdiri dari 93% laut dan daratan hanya 3%.

 

IMG20170415084108

 

Sumber mata pencaharian utama masyarakat Wakatobi dimasa lampau adalah berlayar yaitu melakukan perdagangan antar pulau di seluruh Nusantara bahkan sampai kenegara-negara lain di Asia Tenggara dengan menggunakan perahu layar, sementara sumberdaya alam yang dimiliki diolah hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kontak-kontak perdagangan dengan berbagai suku dan etnis di nusantara membuat masyarakat Wakatobi memiliki pengetahuan yang luas. pengetahuan tentang agama dan kepercayaan masyarakat terakultarasi dengan budaya, agama dan kepercayaan daerah-daerah yang menjadi mitra dagang mereka. Oleh sebab itu kalau kita mempelajari keberadaan Muhammadiyah di Wakatobi maka tidak luput dari semangat masyrakat pelayar mempelajari agama islam di kota-kota besar di nusantara seiring dengan itu dikampanyekannya Partai MASYUMI dalam rangka pemilihan umum tahun 1955 turut mempengaruhi perkembangan pemikiran keagamaan di kalangan pemuka masyarakat.

 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh Muhammadiyah di Wakatobi sudah terasa sejak tahun 1950an. Dalam kurun waktu itu sempat terbentuk organisasi Muhammadiyah di Buton seperti Pemuda Muhammadiyah, Kokam dan Tapak Suci Muhammadiyah, namun akibat pergolakan politik antara tahun 1960 sampai dengan tahun 1970 aktifitas Muhammadiyah di Buton mulai redup dan dilupakan masyarakat. Nanti pada peride muktamar Muhammadiyah tahun 1985 terbentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Buton yang meliputi PCM Wolio, PCM Bungi dan PCM Betoambari. Walaupun kepulauan Wakatobi yang terdiri dari 4 kecamatan saat itu masuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Buton tetapi pada saat itu belum juga terbentuk PCM di kecamatan-kecamatan di wilayah itu.

 

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah maka kabupaten Buton mekar menjadi 6 daerah otonom yaitu Kabupaten Buton, Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Selatan, dan Kabupaten Buton Tengah. Seiring dengan itu Muhammadiyah mengembangkan sayapnya mengikuti perkembangan wilayah pemerintahan.

 

Pada tahun 2010 terbentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Wakatobi. Terbentuknya PDM Wakatobi didasari oleh adanya beberapa Amal Usaha milik Muhammadiyah yang ada di wilayah itu serta adanya kelompok-kelompok pengajian yang diselenggarakan oleh kader-kader Muhammadiyah Buton asal Wakatobi. Dengan demikian terbentuklah PDM Wakatobi yang terdiri dari 4 Pimpinan Cabang yaitu Cabang Wangi-Wangi Selatan, Cabang Wangi-Wangi Induk, Cabang Kaledupa dan Cabang Tomia.

 

Sejauh ini amal usaha Muhammadiyah di Kabupaten Wakatobi makin berkembang yang ditandai dengan berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Wakatobi di Mola Wangi-Wangi Selatan, SMA Muhammadiyah 2 di Perkampungan Bajo Kaledupa, dan sementara dalam proses Pendirian Universitas Muhammadiyah Wakatobi dan SMP Muhammadiyah 1 di Tomia. Kelengkapan organisasi juga semakin baik yaitu majelis-majelis semakin berfungsi, organisasi otonom terbentuk seperti Aisiyah, Nasiyatul Aisiyah, IMM, IRM dan Pemuda Muhammadiyah.

 

IMG20160104082634

 

Proses Berdirinya PDM Wakatobi

Pada bulan Juli 2010 mendapat telepon dari sahabat saya Ibu Surni, melalui telepon itu ibu Surni mengabarkan bahwa kelas jauh Universitas Muhammadiyah Buton di Wakatobi melaksanakan kegiatan kuliah umum dimana salah satu pembicara adalah Bupati Wakatobi, dalam pembicaraan itu salah satu yang disoroti oleh beliau adalah kenapa ada kulia jarak jauh Universitas Muhammadiyah Buton di Wakatobi sementara kepengurusan Muhammadiyah di Wakatobi belum ada lalu siapa yang akan bertanggung jawab bilamana ada masalah yang timbul akibat kegiatan itu sementara Pimpinan Daerah Muhammadiyah Buton selama ini tidak memperhatikan adanya kegiatan Muhammadiyah di Wakatobi, sebaiknya Muhammadiyah membentuk PDM sendiri untuk mitra pemerintah dalam berbagai kegiatan da’wa, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

 

Mencermati pembicaraan Bupati tersebut di atas, mendorong saya melihat kembali keberadaan Muhammadiyah di Wakatobi pada saat sebelum berpisah/mekar dari Kabupaten Buton, dan ternyata betul di Wakatobi belum ada Cabang Muhammadiyah, akan tetapi ada amal usaha yang diadakan pada masa kepengurusan Muhammadiyah Buton. Amal Usaha tersebut adalah TK Al-Hikmah Bustanul Athfal Muhammadiyah dan Madrasah Diniyah As Shobirin yang didirikan oleh Bapak Subair pada tahun 2000 bertempat di Kecamatan Tomia Timur, adanya kuliah jarak jauh Umuh Buton yang deselenggarakan oleh Ibu Surni di Kecamatan Wangi-wangi Selatatan dan kuliah jarak jauh Umuh Kendari yang diselenggarakan oleh Bapak La Tara Patra di kecamatan Wangi-wangi Induk. Adanya tiga kecamatan yang menyelenggarakan amal usaha Muhammadiyah maka memungkinkan untuk membentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wakatobi.

 

Pembicaraan saya dengan Ibu Surni itu membuat saya berpikir untuk pindah ke Wakatobi. Perpindahan pegawai negeri sipil antar kabupaten memerlukan surat keterangan lolos butuh dari Bupati Wakatobi (kabupaten tujuan) dan surat keterangan pelepasan dari Walikota Baubau (kabupaten/Kota asal). Kedua surat keterangan itu dapat saya urus dengan baik, selanjutnya mengurus surat keterangan persetujuan pindah dari Gubernur Sulawesi Tenggara. Proses perpindahan hanya makan waktu 2 bulan keluar surat persetujuan pindah Gubernur Sulawesi Tenggara dan resmilah saya menjadi PNS di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi. Oleh Bupati Wakatobi, saya ditempatkan sebagai Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi, Sosial, dan kemasyarakatan.

 

Diselah-selah kesibukan sebagai pemerintah saya menyisihkan sebagian waktu untuk memikirkan kegiatan Muhammadiyah. Langkah awal yang dilakukan adalah mengumpulkan orang-orang yang mengurus amal usaha Muhammadiyah yang ada di Wakatobi dan mereka-mereka yang bisa diajak ber Muhammadiyah yaitu menemui Ibu Surni, La Tara Patra, La Ode Arwaha, Muhammad Dili dan Amin Irmawan. Dari perteman itu desepakati agar Ibu Surni mengundang teman-teman yang megenal Muhammadiyah untuk mengadakan rapat di rumahnya Bapak La Tara Patra. Maka pada tanggal 20 Agustus 2010 diadakan rapat pertama dalam rangka konsolidasi Muhammadiyah di Wakatobi, keputusan rapat hari itu antara lain 1) Memantapkan keberadaan Cabag-cabang Muhammadiyah yang ada. 2) Menetapkan panitia Musda Muhammadiyah Wakatobi. 3) Segera melaksanakan Musda Pertama. 4) Melaporkan Hasil Musda Ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Tenggara.

 

Dalam Musda Pertama itu ditetapkan program/kegiatan yang akan dilakukan antara lain bersilahturahim dengan Pimpinan Pemerintahan di Wakatobi, melakukan pengajian rutin, Mendirikan SMA Muhammadiyah di Wangi-wangi dan Kaledupa, mendirikan Universitas Muhammadiyah Wakatobi dan lain-lain. Musda tersebut melahirkan kepemimpinan Muhammadiyah di Wakatobi yang terdiri dari H. La Tara Patra, SE, M.Si sebagai ketua dan 13 orang lainnya sebagai anggota pimpinan serta menetapkan Ibu Surni, SE, M.Si untuk mengkosolidasikan pembentukan Aisiyah dan ortom-ortom Muhammadiyah lainnya.

 

Pada tanggal 12 Muharram 1432 H bertepatan dengan tanggal 18 Desember 2010 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Sulawesi Tenggara menetapkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Wakatobi periode 2010 – 2015 dengan Surat Keputusan Nomor 26/Kep/II.0/D/2010 tanggal 12 Muharram 1432H/18 Desember 2010 M dengan susunan personalia sebagai berikut:

 

Ketua/Anggota Pimpinan     : H. La Tara Patra, SE, M.Si

Anggota Pimpinan                 : Jumui, S.Pd, M.Pd

Anggota Pimpinan                 : H. Subair, S.IP, M,Si

Anggota Pimpinan                 : Muhim, S.PdI

Anggota Pimpinan                 : Chusairy, S.Ag

Anggota Pimpinan                 : La Ode Arwaha, SH, MH

Anggota Pimpinan                 : H.M. Saleh Djamaluddin, S.Pd, M.Pd

Anggota Pimpinan                 : Nurhasan La Ode Ahmad, S.Pd

Anggota Pimpinan                 : Drs. Masiudin

Anggota Pimpinan                 : Amin Irmawan, S.Si, M.Si

Anggota Pimpinan                 : H.Mustafa Rani, S.IP

Anggota Pimpinan                 : Ir. Budiono, SE, MM

Anggota Pimpinan                 : Muhammad Dili, S.Pd

Anggota Pimpinan                 : Arusani, SE, M.Si

 

Selanjutnya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wakatobi menetetapkan Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Wakatobi dengan Susunan Personalia sebagai berikut:

 

  1. Ketua : H. La Tara Patra, SE, M.Si
  2. Wakil Ketua : H. Subair, S.IP, M.Si
  3. Sekretaris : Amin Irmawan, S.Si, M.Si
  4. Bendahara : Muhammad Dili, S.Pd

Dilengkapi dengan Majelis-majelis, Badan dan Lembaga sesuai kebutuhan.

 

Dalam perjalanan kepemimpinan dan kepengurusan H. La Tara Patra, SE, M.Si tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya sampai masa akhir jabatannya, karena harus pindah tempat tinggal ke Kota Kendari, maka atas persetujuan pimpinan beliau meletakan jabatan kepemimpinan dan kepengurusan dan diserahkan kepada H.Subair, S.IP, M.Si dengan Surat Pelimpahan Nomor 043/III.0/B/2014 tanggal 4 Sya’ban 1314H/3 Juni 2014 serta melakukan serah terima seluruh tugas dan fugnsi serta seluruh aset yang dimiliki PDM Wakatobi.

 

Pada periode kepemimpinan ini terwujud organisasi kepemimpinaan dan kepengurusan PDM yang lengkap, terbentuk kepemimpinan dan kepengurusan Aisiyah dan terbentuk ortom-ortom kepemudaan seperti IMM, IRM dan Pemuda Muhammadiyah. Dibidang pembangunan fisik berdiri gedung SMA Muhammadiyah 1 Wakatobi dan pengadaan tanah lokasi Kampus Universitas Muhammadiyah Wakatobi. Pada periode kepemimpinan ini selalu ikut serta dalam berbagai iven nasional yang diadakan oleh Muhammadiyah antara lain mengikuti milad Muhammadiyah di Jogyakarta, Rapat Kerja Nasional Majelis Dikti PP Muhammadiyah di Jokyakarta, Latihan Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Bandung, ikut serta dalam Muktamar Muhammadiyah Tahun 2015 di Makassar dan lain-lain.

 

Menjelang akhir kepemimpinan, terbentuk panitia Musyawara Daerah dalam rangka mempersiapkan pergantian kepemimpinan untuk perode berikutnya. Maka pada tanggal 30 Agustus 2016 dilaksanakan Musyawah Daerah (Musda) II Muhammadiyah Kabupaten Wakatobi bertempat di Aula Taman Budaya Wakatobi yang dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Tenggara Bapak H. Ahmad Al Jufri dan Dr. Alifuddin, M.Ag. Dalan Musda itu di sampaikan pertanggung jawab Pimpinan / Pengurus lama dan Progres untuk dilaksanakan oleh pengurus baru. Musda menelorkan 9 orang pemimpin dengan ketuanya Zakariyah, SH, MH.

 

IMG20160828144457

 

Hasil Musda II Muhammadiyah Wakatobi ditetapkan oleh pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Sulawesi Tenggara dengan susunan personalia sebagai berikut:

 

Ketua/Anggota Pimpinan      : Zakariah, SH, MH

Anggota Pimpinan                 : Jumui, S.Pd, M.Pd

Anggota Pimpinan                 : Arusani, SE, M.Si

Anggota Pimpinan                 : Amin Irmawan, S.Si, M.Si

Anggota Pimpinan                 : Muhammad Arifin, S.Pd, M.Pd

Anggota Pimpinan                 : Nurhasan La Ode Ahmad, S.Pd

Anggota Pimpinan                 : La Juma La Daima, S.Pd

Anggota Pimpinan                 : Drs. H. La Ode Hajifu

Anggota Pimpinan                 : Muh. Zulyakin, S.Pd

Anggota Pimpinan                 : Ali Hasan, S.Pd, M.Si

Anggota Pimpinan                 : Usman, S.Pd, M.Si

Anggota Pimpinan                 : Drs. La Arta, M.Si

Anggota Pimpinan                 : Surni, SE, M.Si

 

Pelantikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wakatobi periode 2016 / 2020 dirangkaikan dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung kampus utama Universitas Muhammadiyah Wakatobi dilaksanakan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Sulawesi Tengara di Aula Taman Budaya Wakatobi pada tanggal 2 April 2017 dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bapak Prof Dr. H. Haedar Nashir, Bapak Prof. Dr. Muhajir Efendi (Mendikbud), Bupati Wakatobi Bapak H. Arhawi Ruda, SE, Rektor Universitas Muhammadiyah Ahmad Dahlan, Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari dan beberapa pejabat teras dilingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan di lingkungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

 

IMG20170402153441

 

Demikian riwayat singkat keberadaan Muhammadiyah di Wakatobi yang saya ketahui. Harap bila terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam riwayat ini agar dilengkapi atau diperbaiki sebagaimana mestinya.

 

HSubair, S.IP, M.Si.

 

sumber: laere.wordpress.com

 

 

Catatan tambahan: Respon pembaca blog.

 

SURNI Says:

 

Cerita Asal Mula Digerakkan Muhammadiyah di Wakatobi

 

Tulisannya sangat bagus, Pak. Terima kasih Bapak telah menulis ini sebagai inspirasi kami.

Sedikit saya bercerita asal mula digerakkan Muhammadiyah di Wakatobi. Saat itu saya ketemu dengan teman namanya Sdr. Abdul Razak, S.Pd. Beliau menawarkan saya untuk membuka kelas jauh UMB di Wakatobi. Pada saat itu kami masing-masing mencari mahasiswa, dan jumlah mahasiswa yang dikumpul sebanyak kurang lebih 100 orang. Tiga bulan berjalan dibawah pengelolaan Abdul Razak ada masalah uang terjadi, sehingga semua sivitas akademika dari UMB turun ke Wakatobi. Pada saat itu menunjuk secara langsung Sdr. Surni sebagai pengelola UMB di Wakatobi.

Alhamdulillah, berjalan dengan baik sampai ada pemikiran bahwa, kok mahasiswa yang banyak begini kenapa tidak dibikinkan kampus sendiri. Kebetulan juga, sebelum saya kelola UMB di Wakatobi kami telah mengelola UMK bersama Ibu Samna di tahun 2007. Saat itu saya terinspirasi dari H. Hasan Aedy selaku dekan saya di UMK. Beliau selalu menelpon saya supaya dibentuk Kampus di Wakatobi, dan pada saat itu, tahun 2008, kami juga menghadap Sekda Wakatobi.

Modal itulah, begitu ada mahasiswa UMB kelas Wakatobi, saya menghadap Pak Bupati untuk membawakan kuliah umum. Pada saat itu beliau langsung kaget, kok mahasiswa banyak begini. Saat itu UMB Kelas Wakatobi sudah 2 angkatan, dan jumlahnya sudah 250 orang. Jadi beliau langsung pangggil saya ke ruangannya dan menyampaikan bahwa, Bu Surni, gimana kalau kita bikin kampus Muhammadiyah di Wakatobi, siapa yang bisa bantu.

Dengan spontan saya sebut nama H. Subair. Karena, seingat saya, beliaulah juga yang turut mendirikan UMB, kala itu masih saya jadi mahasiswa angkatan pertama. Pak Hugua langsung mengatakan bahwa, iya, beliau adalah orang tua saya dan nanti saya suruh pindah ke sini untuk membantu Ibu Surni.

Dan saat itu juga langsung telpon beliau Pak H. Subair. Satu lagi usulan saya kepada Pak Bupati, saat itu saya sampaikan bahwa kampus adalah amal usaha yang mana harus ada PDM-nya untuk mengurus ini semua. Maka, pada saat itu beliau menekan tombol di atas mejanya untuk memanggil Staf Ahlinya, dan saat itulah muncul H. Latara Patra yang sebelumnya saya belum kenal. Pak Bupati mengatakan agar bantu Ibu Surni untuk urus PDM. Saya kasih jangka waktu dua bulan dari sekarang.

Maka, terjadilah perpindahan Pak H. Subair ke Wakatobi. Kami pun mulai bekerja mengembangkan amal usaha di Wakatobi, yang mana komitmen awal kami tetap menerima mahasiswa UMB kelas Wakatobi sambil melengkapi berkas UMW. Namun, di tengah perjalanan, Pak Latara Patra juga menerima mahasiswa UMK atas nama mahasiswa UMW dengan dana yang dihibahkan oleh Pemda untuk mengurus UMW. Sekiranya pada saat itu fokus di pengurusan kampus, maka sudah ada izin operasional, karena saat itu sistem masih offline, berbeda dengan sekarang.

Tapi, perjuangan kami tidak pernah patah paska ditinggalkan kepengurusan oleh Bapak Latara Patra. Kami pun dengan modal keyakinan dan cita-cita saya coba merangkul teman-teman yaitu H. Subair, Arusani, S.E., La Arta, Hasirun Ady, Jumui, Nurhasan La Ode Ahmad, Arifin, dan teman-teman lain yang selama ini membantu saya mengabdikan ilmunya di Kampus UMB Kelas Wakatobi, yang dosennya kurang lebih 100 orang dan mahasiswa/alumni 750 orang. Mereka inilah yang bantak membantu proses amal usaha dan organisasi di Wakatobi, hingga saat ini masih berjalan dengan baik dan menunggu kepastian kampus di Wakatobi.


Berbicara tentang Muhammadiyah, sebelum ada di Buton dan Bau Bau, jauh sebelumnya Muhammadiyah sudah ada di Wakatobi, yaitu di daerah Waha. Di sana, setiap hari raya mereka shalat sendiri. Ini yang gerakkan pertama adalah Pak Aliya, dan sampai sekarang masih aktif. Alhamdulillah, untuk Muhammadiyah bersama Ortomnya masih berjalan dengan baik di Wakatobi. Itulah yang saya tahu.


Tags: MuhammadiyahdiKabupatenWakatobi
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : PDM Wakatobi

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website